Candi Prambanan atau Candi Roro Jonggrang adalah salah satu kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia yang dibangun pada abad ke-9 masehi. Candi ini dipersembahkan untuk Trimurti, tiga dewa utama Hindu yaitu Brahma sebagai dewa pencipta, Wishnu sebagai dewa pemelihara, dan Siwa sebagai dewa pemusnah. Berdasarkan prasasti Siwagrha nama asli kompleks candi ini adalah Siwagrha (bahasa Sanskerta yang bermakna 'Rumah Siwa'), dan memang di garbagriha (ruang utama) candi ini bersemayam arca Siwa Mahadewa setinggi tiga meter yang menujukkan bahwa di candi ini dewa Siwa lebih diutamakan. (wikipedia)
Pada 23/01/2019 berkesempatan menginjakkan kaki di candi ini bersama teman-teman Paskibra KJRI Johor Bahru. Sebuah kesempatan berharga dapat melihat secara langsung peninggalan sejarah yang menjadi destinasi wisata di Yogyakarta. Candi Prambanan yang terletak di Kabupaten Sleman, Yogyakarta pernah terkena dampak gempa bumi pada tahun 2010 yang mengakibatkan beberapa bagian candi hancur, namun bekas hancuran candi tetap diletakan pada posisi yang sama.
Suara gamelan yang terdengar disetiap sudut seakan menyambut kedatangan kami dan para wisata yang berkunjung ke Candi Prambanan ini. Kami berjalan semakin dekat menuju candi yg memiliki luas sekitar 110 m x 110 m ini. Melihat keajaiban ini secara dekat membuat aku takjub, bagaimana orang-orang pada abad ke-9 yang masih hidup di zaman batu, jauh dari teknologi yang serba canggih seperti di zaman modern ini namun bisa menghasilkan sebuah karya yang luar biasa yang bertahan hingga ribuan tahun.
Puas melihat secara langsung dan mengelilingi Candi Prambanan kami pun bergegas melangkahkan kaki langkah demi langkah meninggalkan candi ini. Perlu menempuh jarak sekitar 2km untuk keluar kompleks candi ini, tepat berdekatan dengan pintu keluar puluhan penjual makanan dan minuman berlomba-lomba menawarkan jualannya masing-masing kepada para pengunjung. Ini lah yang disebut suatu kesatuan antara wisata dan ekonomi masyarakat, bahwa apapun jenis wisatanya tentu tidak dapat terlepas dari ekonomi masyarakat yang selalu setia menopang dunia pariwisata. Dunia pariwisata tanpa ekonomi masyarakat bagaikan sayur tanpa garam.
0 komentar:
Posting Komentar