Pendidikan bisa dikatakan sebagai tolak ukur kulitas hidup seseorang, namun terkadang masih banyak orang yang berpendidikan tapi sifat dan prilakunya seperti orang yang tidak berpendidikan. Jika kita cermati, masih banyak anak-anak muda Indonesia yang tidak mampu melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dikarenakan beberapa faktor, salah satunya ialah faktor ekonomi, bahkan tidak sedikit yang putus sekolah baik itu ditingkat SD, SMP ataupun SMA.
Setelah lulus SMA pada tahun 2010 dulu aku ingin seperti teman-teman seangkatanku yang sibuk mengikuti tes untuk masuk ke perguruan tinggi. Tapi apalah daya, aku harus mengakui bahwa aku tidak bisa melanjutkan pendidikan seperti mereka dikarenakan keadaan ekonomi keluarga tidak mendukung.
Tidak bisa kuliah bukan berarti aku tidak bisa meneruskan kehidupan untuk mencapai kesuksesan dimasa depan.
Bermodalkan ijazah SMA aku putuskan untuk hijrah ke kota Prabumulih, sebuah kota yang berjarak sekitar 2 jam dari pusat kota Palembang. Di Prabumulih aku bekerja ikut paman ku, kebetulan pamanku menjabat sebagai mandor jadi cukup mudah aku diterima sebagai kuli di CV Ria Express perusahaan jasa yang bergerak dibidang expedisi.
Selama kurang lebih hampir 1 tahun aku bekerja sebagai kuli di Prabumulih. Hari demi hari ku lalui dengan penuh semangat dan penuh kesabaran, panas terik matahari dan rintik air hujan tak membuatku patah semangat untuk meraih masa depan yang cerah, aku percaya setiap tetesan keringat akan menjadi berkah bagi kehidupanku kelak.
Alhasil, dari keseharianku sebagai kuli aku mampu mencukupi biaya hidupku sendiri dan juga orang tuaku dan alhamdulillah juga aku mampu membeli sepeda motor dari hasil jerih payahku sendiri.
Pada bulan 4 tahun 2011 aku mendapat tawaran dari keluarga sebelah ibu ku untuk bekerja di Malaysia. Walau awalnya ragu tapi aku bulatkan tekat dan aku katakan dalam hati "Demi masa depan, aku harus berangkat ke Malaysia".
Setelah melengkapi beberapa persyaratan sebagai TKI di Malaysia, disitulah aku juga memutuskan untuk berhenti bekerja di CV Ria Express.
Memasuki awal bulan Agustus 2011, aku mendapat telpon dari kantor PJTKI yang akan memberangkatkan aku ke Malaysia, melalui telpon tersebut salah satu staff mengatakan bahwa aku bersama 23 calon TKI lainnya akan terbang ke Malaysia pada tanggal 6 Agustus 2011.
Sesampainya di Malaysia membuat aku sedikit termenung dan berkata dalam hati "Benarkah aku sekarang berada di Malaysia?".
Yamauchi (M) Sdn Bhd, ya diperusahaan milik Jepang ini lah aku akan bekerja sebagai operator produksi selama 2 tahun kedepan sesuai dengan kontrak kerja.
Tahun pertama bekerja di negeri orang cukup berat ku jalani, jauh dari keluarga, orangtua, saudara, bahkan teman dekat. Awalnya tidak ada satu pun yang aku kenal, hanya bermodal sebuah tekat dan semangat yang kuat untuk meraih masa depan yang cerah. Tak terasa, tahun pertama dan tahun kedua mampu ku jalani dengan baik dan mendapatkan gaji yang cukup dibandingkan kerja di Indonesia khususnya tempat aku bekerja sebelumnya dan setiap bulannya aku bisa mengirimkan sebagian dari jerih payah ku disini untuk keperluan ekonomi keluarga. Ternyata aku tidak salah memilih jalan untuk menjadi TKI di Malaysia.
Tahun kedua seharusnya kontrak kerja ku telah selesai, tapi aku putuskan untuk menyambung kontrak kerja untuk tahun ketiga karena aku berfikir perjuangan tidak boleh terhenti sampai disini.
Memasuki tahun ketiga aku ditawari salah seorang rekan kerjaku untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, tapi pada saat itu aku berfikir "Apa bisa kuliah sambil kerja?" "Bagaimana mengatur waktu kerja dan belajar?".
Ah sudah la akhirnya ku putuskan untuk sedikit melihat bagaimana kegiatan perkuliahan yang ditawarkan oleh rekan kerjaku itu dan bagaimana pula sistem belajarnya. Setelah beberapa bulan aku mempelajari dan melihat semua aktivitas mereka yang sudah lebih dulu menjadi pekerja sekaligus mahasiswa pintu hatiku mulai terbuka"mumpung ada kesempatan, aku harus kuliah agar kehidupanku kedepan bisa jauh lebih baik lagi".
Sekitar 2 bulan lagi aku mendapat informasi dari mahasiswa yang sekigus pekerja itu, bahwasanya penerimaan mahasiswa baru akan dibuka pada bulan Juni 2013. Sejurus malamnya aku langsung telpon ibu ku dan mengatakan "Mak aku mau kuliah disini, suruh kakak atau adek tolong kirimkan fotocopy ijazah SMA ku yang dilegasir".
Walaupun tidak dapat melihat wajahku Ibu ku saat aku menghubunginya lewat telpon, tapi aku yakin pada saat itu beliau pasti sumringah mendengar anaknya ingin kuliah dengan biayanya sendiri.
Satu minggu kemudian akhirnya fotocopy ijazah SMA ku yang dikirim dari Palembang telah mendarat ditempat tinggalku dan akhirnya aku benar-benar akan menjadi mahasiswa.
Universitas Terbuka Pokjar Johor atau biasa disebut UT Pokjar Johor merupakan perluasan dari Unit Program Belajar Jarak Jauh (UPBJJ) UT Batam. Tahun 2013 adalah tahun sejarah bagiku, karena pada tahun itu mimpi menjadi mahasiwa di sebuah perguruan tinggi bisa terwujud, tepatnya pada tahun 2013.2 (tahun akademik UT).
Di UT Pokjar Johor aku memutuskan untuk memilih jurusan Ilmu Komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP). Aku memutuskan memilih jurusan Ilmu Komunikasi karena lulusan jurusan tersebut peluang kerjanya luas dan bisa kerja diberbagai instansi baik itu instansi pemerintahan maupun instansi swasta.
Sejak aku terdaftar menjadi mahasiswa UT Pokjar Johor, kini aku mempunyai 2 tanggungjawab dan kewajiban, kewajiban sebagai pekerja dan kewajiban sebagai mahasiswa. Aku harus pandai membagi waktu antara kerja dan belajar dan alhamdulillah ternyata aku tidak begitu mengalami kesulitan menjalaninya.
Hari minggu merupakan hari libur di perusahaan tempat aku bekerja dan hari minggu pula UT Pokjar Johor mengadakan kegiatan baik kegiatan akademik seperti bimbingan belajar hingga kegiatan non akademik semua dilaksanakan pada hari minggu karena hari minggu mayoritas TKI di Malaysia libur. Mulai dari situ lah aku mulai aktif mengikuti setiap kegiatan yang dibuat oleh pihak UT Pokjar Johor, hingga saat aku memasuki semester 4 tepatnya tahun 2015. Pada waktu itu UT Pokjar Johor melaksanakan kegiatan Musyawarah Mahsiswa (MUSMA) pemilihan Ketua Dewan Presidium Mahasiswa (DPM) yang baru.
Muhammad Rusli sebagai ketua terpilih menghubungi aku via chatting dia mengatakan bahwa dia ingin aku menjadi wakil ketua untuk membantu dia dan pengurus yang lain dalam menjalankan tugas di DPM UT Pokjar Johor. Dengan rasa sedikit tidak percaya dipilih untuk menjadi wakil ketua, aku meng-iyakan tawaran dia.
Menjadi wakil ketua di DPM UT Pokjar Johor tahun 2015 banyak sesuatu yang aku pelajari dan yang aku dapatkan mulai dari bekerjasama dalam sebuah tim, bertanggungjawab dengan tugas yang telah diberikan, berinteraksi dengan masyarakat luas dan masih banyak lagi manfaat serta ilmu yang aku dapatkan. Selama satu tahun menjadi wakil ketua ternyata tidak terasa begitu lama. Akhir November 2015 adalah akhir masa kepengurusan DPM, karena sesuai dengan Anggaran Dasar Anggaran Rumah Tangga (AD ART) DPM UT Pokjar Johor masa kepengurusan adalah selama dua semester atau satu tahun.
Setelah masa kepengurusan tahun 2015 berakhir, UT Pokjar Johor kembali mengadakan Musma pemilihan ketua DPM 2016 dan hasil dari pemilihan tersebut Saudara Gupran dari jurusan Admnitrasi Negara terpilih untuk memangku jabatan sebagai ketua DPM UT Pokjar Johor tahun 2016.
Setelah Gupran resmi terpilih menjadi ketua DPM, dia mulai sibuk memilih dan memilah siapa saja yang akan mengisi posisi jabatan di DPM yang akan dia pimpin selama tahun 2016. Sepertinya yang diketahui ketua terpilih mempunyai hak penuh untuk memilih siapa aja yang akan mengisis posisi jabatan.
Cerita tahun 2015 kembali terulang, ketua terpilih tahun 2016 Gupran sebagai ketua terpilih memilih aku untuk menjadi wakil ketua. Aku juga kurang tahu pasti kenapa aku dipercayai menjadi wakil ketua DPM UT Pokjar Johor selama 2 tahun berturut-turut.
Aku cuma punya prinsip "kalau diberikan kepercyaan maka kepercayaan itu akan aku jaga sebaik mungkin dan aku akan melakukan yang terbaik sesuai kemampuan dan kapasitas yang pada diri".
Bulan pertama, kedua, ketingga hingga ke akhir semester saya dan ketua serta pengurus yang lain berusaha melakukan yang terbaik dan mencoba membuat gebrakan baru agar UT Pokjar Johor bisa lebih baik dari sebelumnya. Kami yang tergabung di kepengurusan DPM 2016 melanjutkan program yang sudah berjalan dengan baik dari pengurus sebelumnya dan memperbaiki beberapa sistem yang kami rasa perlu untuk diperbaiki.
Memasuki periode kedua tepatnya 2016.2, karena ada sesuatu dan lain Gupran selaku ketua harus pulang ke tanah air. Saya selaku wakil ketua harus menjalankan tugas dia sebagai ketua sampai waktu yang tidak ditentukan.
Saya dan pengurus yang lain selalu berusaha menjalankan tugas sebagaimana mestinya walau dalam keadaan tanpa ketua sekitar 4 bulan dan alhamdulillah kami mampu menjalankan tugas serta program yang telah kami susun hingga akhir masa jabatan, ketua kami memang tidak sedang berada ditempat tapi kami tetap menjalin komunikasi dengan ketua. Jadi intinya berjalan atau tidaknya sebuah organisasi tergantung bagaimana jalinan komunikasi antara pengurus, komunikasi yang terjalin dengan baik tentunya akan menghasilkan sesuatu yang pula dan sebaliknya.
Bersambung. . . . .