Minggu, 26 Februari 2017

Kecupan Terakhir Untuk Ibu

blogkhususdoa.com/

Sabtu, 18 Februari 2017, sekitar jam 5 pagi disaat aku masih tertidur pulas hp berdering tak seperti biasanya. Panggilan masuk dari Indonesia yang membuat hp ku berdering berkali-kali dan sengaja tidak ku angkat karena firasat ku sudah tidak enak, pikiran ku sudah tak karuan berpikir tentang keadaan Ibu yang sudah satu minggu dirawat di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang. Aku sudah tidak bisa tidur lagi dan hp tetap berdering namun tetap tak ku hiraukan, lalu ku buka data internet dan ada pesan bbm singkat dari adik bungsuku Efan, dalam pesan singkat itu dia menuliskan "Kak, mama sudah ga ada". Detak jantung mulai berdetak lebih kencang, air mata mulai berderai dan aku menangis sejadi-jadinya saat aku membaca pesan singkat via bbm itu, seakan ga percaya kalau mama sudah meninggal.

Hampir satu jam air mata berderai, tepat jam 7 pagi aku putuskan menghubungi HR (pihak perusahaan) dan Manager untuk meminta izin pulang ke kampung. Alhamdulillah dalam izin pulang mendadak ini tidak ada hambatan dalam perizinan. Jam 8:15AM, salah satu orang dari pihak perusahaan datang ke asrama untuk menghantarkan paspor ku, dalam perasaan hati yang sudah tak karuan aku pun mempersiapkan persiapan pulang kampung. Sebenarnya tidak begitu banyak persiapan, hanya 2 pasang baju ganti saja yang perlu dipersiapkan, karena yang aku pikirkan saat itu yang penting hari itu juga aku harus sampai di kampung sebelum Ibu dimakamkan.

Aku harus kejar waktu, jadi aku memilih rute Johor Bahru - Batam - Palembang, karena pesawat Kuala Lumpur - Palembang hanya satu kali dalam satu hari jam 8 pagi, sedangkan aku jam 9 pagi baru selesai mengurus persiapan segala macamnya.

Perjalanan dimulai jam 10:15 (Johor Bahru - Batam) selama perjalanan yang memakan waktu 2 jam ini tidak ada kata lain selain "cepat sampai". Tepat jam 12:15 Kapal yang aku naiki berlabuh di Pelabuhan International Batam Centre, aku langsung bergegas menuju ruang imigrasi untuk pengecekan paspor, dan setelah itu aku langsung naik taxi tujuan Bandara Hang Nadim Batam.

Sesampainya di Bandara aku tinggal check in saja, karena untuk tiket Batam - Palembang sudah diuruskan oleh Ika (salah satu pengurus UT Pokjar Johor).
Di Bandara Hang Nadim itu aku harus menunggu hingga 4 jam, karena jadwal penerbangan jam 16:30, keluarga di Palembang sudah berkali-kali menghubungi via telpon dan aku katakan dengan keluarga ku "jangan dimakamkan dulu sebelum aku pulang". Sambil menunggu jam keberangkatan aku memainkan gadget, disitu aku lihat fb, WhatsApp dan BBM ada ratusan pesan yang masuk dikirimkan oleh teman-temanku untuk mengucapkan duka cita.

Jam 16:00 pintu boarding A3 telah dibuka, itu tandanya bahwa penumpang tujuan Batam - Palembang dipersilahkan memasuki pesawat. Setelah berada didalam pesawat, jam 16:30 pesawat yang aku tumpangi mulai lepas landas menuju Palembang dan selama 50 menit perjalanan dari Batam akhirnya pesawat pun mendarat di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang.

Turun dari pesawat aku langsung menuju pintu keluar, aku langsung menghubungi sepupu yang telah menunggu untuk menjemputku. Sebelumnya aku rencanya akan dijemput menggunakan mobil, tapi mengingat waktu sudah hampir malam dan jalanan Palembang macet (pembangunan LRT) dikhawatirkan sampai rumah terlalu malam, jadi diputus mengendarai motor dari bandara menuju rumah duka.

Jam 17:30 perjalanan menggunakan motor dari bandara dimulai, cuaca di Palembang hari itu mendung dan mulai gerimis kecil. Sekitar 30 menit menempuh perjalanan hujan deras pun turun, ku tanya dengan sepupu ku "Mau berhenti dulu atau lanjut terus?", "Lanjut aja terus, kalau berhenti dulu kapannya nyampenya, ini aja udah malam" katanya. Akhirnya kami pun menerobos derasnya hujan dengan harapan sampai rumah tepat waktu.

Suara adzan magrib mulai terdengar disetiap masjid-masjid yang berada di pinggir jalan Palembang - Inderalaya. Dan ketika memasuki persimpangan Tanjung Laut, hati kembali tak karuan, seakan tak percaya bahwa kepulangan ku kali ini untuk melihat jenazah ibuku.

Sampai dirumah aku langsung turun dari motor dan masuk ke dalam, apa yang aku lihat? aku melihat ibu terbaring diatas keranda dan terbungkus kain putih. Tangisku mulai pecah, tak pernah ku bayangkan bahwa Ibu akan meninggalkan kami secepatnya ini.

Saat kain kafan yang menutupi wajah Ibu dibuka, aku kembali tak percaya benarkah ini jasat Ibu yang telah melahirkan dan membesarkan ku selama ini?
Ku hapus air mata yang membasahi pipi, lalu ku kecup kening ibu dan ku cium tangan serta kaki ibu untuk terakhir kalinya, dalam hati aku berkata "Maafkan aku mak, maaf aku ga bisa berada disampingmu saat sakit, semoga tenang dialam sana dan maaf kalau selama ini aku belum bisa membalas apa yang sudah mak korbankan untuk ku".

Bibik ku mencoba menenangkanku dan menyuruh mengganti pakaian sambil menyodorkan sarung untuk ikut mensholatkan jenazah ibuku. Dalam keadaan haru, aku menuju kamar untuk ganti pakaian yang sudah basah kuyup karena kehujanan kemudian mengambil air wudhu dan langsung ikut sholat jenazah.

Setelah sholat jenazah selesai, jenazah ibu pun dibawa keluar untuk menuju tempat peristirahatan terakhirnya, ku lihat wajah kakak dan adikku matanya merah, aku sangat merasakan apa yang mereka rasakan. Kehilangan orang yang paling berharga dalam hidup itu memang sangat menyedihkan, tapi itu semua sudah takdir Illahi.

Sesampainya di pemakaman, jenazah ibu perlahan dimasukan kedalam liang lahat, saat itu hati ku meraung, seakan masih tak percaya jenazah yang dimakamkan itu adalah Ibu ku, Ya Allah.

Ajal memang tidak pandang siapa, usia, waktu, tua ataupun muda. Kita yang hidup di dunia ini semua akan mati dan kembali kepadaNya. Kematian itu sesuatu yang pasti, dan yang masih hidup tinggal menunggu giliran.

Selamat jalan mak, terima kasih telah membesarkan dan mendidik kami hingga kami dewasa seperti ini. Maaf kalau selama ini anak-anakmu belum bisa berbakti sepenuhnya.
Semoga amal ibadahmu diterima disisiNya, diampuni segala dosa-dosamu dan semoga ditempatkan didalam syurgaNya.











Kamis, 16 Februari 2017

Apa Itu Bujang Maret?

Beberapa tahun terakhir banyak teman-teman yang nanya ke saya "Bujang Maret itu apa sih artinya?" atau "Apa sih maksud Bujang Maret?.

Baiklah, melalui tulisan ini saya coba sedikit menerangkan arti dari Bujang Maret.

Bujang Maret terdiri dari dua kata ada "Bujang" dan ada "Maret".
Kita mulai dari kata "Bujang", Bujang kalau di Palembang adalah panggilan sayang atau panggilan orangtua kepada anak laki-lakinya, walau nantiya anak laki-lakinya itu sudah besar tapi karena sudah menjadi panggilan sayang sejak kecil, jadi tetap aja dipanggil bujang. Tapi saya waktu kecil panggilannya bukan bujang. 😄

Kemudian kata "Maret", Maret adalah bulan kelahiran saya (zodiak pisces), yang mana pada bulan tersebut saya dilahirkan oleh Ibu saya tepatnya pada tangga 15 Maret 1991.

Jadi inti atau arti dari Bujang Maret adalah Bujang Palembang kelahiran Maret.

Kata Bujang Maret sering saya gunakan untuk sebuah copyright dan has tag yang saya upload dimedia sosial, bahkan saya juga menggunakan kata Bujang Maret ini untuk nama blog pribadi saya ini.